Menyantuni Fakir Miskin Adalah
Keutamaan Menyantuni Anak Yatim dan Dhuafa
Sahabat Rumah Berkah yang budiman.
Manusia sebagai makhluk hidup mempunyai kebutuhan yang bersifat fisik dan non fisik. Kebutuhan itu tidak dapat dihentikan selama hidup manusia untuk mencapai kebutuhan itu, satu sama lain saling ketergantungan.
Manusia sebagai makhluk sosial tidak mungkin dapat hidup seorang diri manusia membutuhkan kawan atau orang lain. Oleh karena itu, manusia perlu saling hormat menghormati, tolong menolong dan saling membantu serta tidak boleh saling menghina, menzalimi, atau pun merugikan orang lain.
Dalam upaya menanamkan kepekaan untuk saling tolong menolong, kita dapat membiasakan diri dengan menginfakkan atau memberikan sebagian rezeki yang kita peroleh meskipun sedikit, seperti memberikan santunan kepada yatim, piatu, janda dan kaum dhuafa serta mencari upaya mengentaskan kemiskinan di masyarakat.
Baca Juga: Rumah Berkah Santuni Anak Yatim dan Dhuafa
Sebagaimana firman Allah dalam QS. Al-Isra (17) ayat 26. “..Dan berikanlah hak kepada kerabat dekat, juga kepada orang miskin....”
Allah SWT juga memerintahkan kita untuk memperhatikan hak-hak anak yatim dan fakir miskin sesuai dengan QS. Al-Maa’un (107) ayat 1-3.
“Tahukah kamu orang yang mendustakan agama, yaitu orang yang menghardik anak yatim (tidak menghiraukan) dan enggan memberi makan orang miskin.”
Hadis Arbain Nawawi No. 1; Pentingnya Niat
Hadis Arbain Nawawi No. 2; Iman, Islam, dan Ihsan
Hadis Arbain Nawawi No. 3: PIlar Islam
Makassar, muisulsel.com – Dalam Bahasa Arab, duda dan janda disebut Aramil, yaitu orang yang kehilangan penghasilan dan penopang. Seorang istri yang ditinggal mati suaminya, kehilangan penopang dan terkadang sumber penghasilan. Suami yang ditinggal mati istrinya kehilangan penopang yang selama ini memberikan banyak bantuan baik lahir maupun batin.
Ibnu Qutaibah rahimahullah menyebutkan bahwa orang fakir dan miskin sering disebut Aramil. Hal itu karena mereka dinilai kehilangan penghasilan yang semestinya didapatkan untuk membiayai kehidupannya.
Syariat Islam mewajibkan orang-orang yang memiliki kelebihan harta untuk memperhatikan janda dan fakir miskin. Perbuatan menyantuni mereka tergolong amalan dengan derajat yang tinggi. Pahala yang disiapkan bagi mereka pun adalah pahala kelas eksekutif. Nabi saw bersabda:
عن النبي صلى الله عليه وسلم قَالَ: ((السَّاعِي عَلَى الأَرْمَلَةِ وَالمِسْكِينِ، كَالمُجَاهِدِ في سَبيلِ اللهِ)) وَأحسَبُهُ قَالَ: ((وَكالقَائِمِ الَّذِي لاَ يَفْتُرُ، وَكَالصَّائِمِ الَّذِي لاَ يُفْطِرُ)). مُتَّفَقٌ عَلَيهِ.
Mereka yang menyantuni janda dan menyantuni fakir miskin itu bagaikan berjihad di jalan Allah. Dalam satu riwayat; mereka yang menyantuni itu diibaratkan sebagai orang yang melaksanakan shalat malam yang tak putus atau bagaikan berpuasa sepanjang tahun.
Ibnu Batthal rahimahullah mengurai makna hadis di atas bahwa bagi yang tak sanggup berjihad dan tak sanggup berpuasa hendaklah mewujudkan perintah hadis ini. Niscaya ia dikategorikan dalam golongan mujahidin, walau fisik dan hartanya tidak pernah diikutkan dalam situasi perang.
Para penyantun janda dan fakir miskin ini juga digolongkan sebab orang yang akan masuk ke surga melalui pintu Arrayyan, yang semestinya diperuntukkan bagi orang-orang berpuasa.
Ada kesesuaian hukum syari’at antara menyantuni janda dan fakir miskin dengan berjihad di jalan Allah swt. Mereka yang berjihad adalah orang yang membela dan menghidupkan agama, sedangkan menyantuni janda dan fakir miskin dinilai membela dan menghidupkan jiwa.
Kedua aktifitas ini sama-sama berperang melawan hawa nafsu. Dalam menyantuni, perangnya adalah melawan nafsu yang enggan berinfak, sedangkan yang berperang adalah melawan hawa nafsu, takut terhadap musuh. Kedua-duanya diserang dan digoda oleh syaitan untuk tidak melakukan kebaikan dan pengorbanan.
Menyantuni janda-janda miskin dan kaum fakir miskin merupakan salah satu sarana dan jalan berkompetisi dalam kebaikan. Melakukan hal itu dinilai sebagai orang yang berlemah lembut kepada kaum dhuafa. Allah Swt berfirman:
قَالَ الله تَعَالَى: {وَاخْفِضْ جَنَاحَكَ لِلْمُؤْمِنِينَ} [الحجر: 88].
Rendahkanlah sayapmu Muhammad! pada orang orang mukmin. (QS. Al Hijr: 88)
Merendahkan sayap artinya, menyayangi, menyantuni, dan memerhatikan.
Semoga saja hati dan jiwa kita tergiring pada jalan kemuliaan menyantuni mereka sesuai kemampuan masing-masing. Amiin. (ISR)
والله اعلم وصباح النور
The post GORESAN HATI: Menyantuni Janda dan Fakir Miskin appeared first on MUI Sul Sel.
Penulis: Shofa Syahidah
Sahabat, bersedekah merupakan salah satu wujud syukur kita terhadap karunia Allah SWT. Anjuran Islam mengenai bersedekah tidak terbilang banyaknya. Hal ini menandakan bahwa sedekah merupakan suatu amalan sunnah yang sangat dianjurkan. Dalam hadits riwayat Ahmad, disebutkan bahwa naungan bagi seorang mukmin pada hari kiamat adalah dari sedekahnya.
Salah satu bentuk sedekah yang umum dilakukan ialah menyantuni fakir miskin dan dhuafa. Perbuatan tersebut merupakan suatu amalan untuk meningkatkan keteguhan iman kita kepada Allah SWT. Setiap sedekah yang berlandaskan keridhoan sangat berarti bagi mereka yang membutuhkan.
Mengapa kita harus menyedekahkan harta kita untuk para fakir miskin?
Hal ini karena keadaan fakir miskin dan dhuafa tidak seberuntung kita yang saat ini mungkin mendapatkan kecukupan hidup dan kelancaran untuk memperoleh sesuatu. Maka dari itulah, Rasulullah saw. menganjurkan pada kita semua untuk memelihara hidup para yatim dan dhuafa.
“Barang siapa melapangkan kesempitan seorang mukmin di dunia, maka Allah akan melapangkan baginya kesusahan di hari kiamat, dan barang siapa memudahkan kesukaran seseorang, maka Allah akan memudahkan baginya di dunia dan akhirat.” (HR Muslim)
Walaupun sekilas terpikirkan jika selalu menyisihkan harta untuk sedekah adalah suatu perbuatan yang dapat mengurangi kekayaan, namun kenyataannya tidak. Allah SWT. menjanjikan balasan yang lebih atas harta yang kita pinjamkan dari bersedekah. Dalam QS. Al-Baqarah ayat 245, “Siapa yang memberi pinjam kepada Allah dengan pinjaman yang baik, pasti Allah berikan ganjaran kepadanya yang berlipat ganda”.
Selain itu, hendaknya kita senantiasa memperbaharui serta meningkatkan rasa belas kasih terhadap orang-orang tak berpunya. Hal ini dikarenakan dengan berbagi kepada orang-orang yang lebih membutuhkan seperti bersedekah, hati kita akan condong untuk lebih tenang. Hati yang tenang merupakan kunci dari jiwa dan raga yang sehat. Menyantuni fakir miskin dengan bersedekah juga dapat menghindari diri dari perilaku bermegah-megahan. Dalam QS. At-Takatsur ayat 1, sifat bermegah-megahan berpotensi membuat kita lalai dari melaksanakan perbuatan baik lainnya.
Oleh karena itu, sudah sepantasnya kita sebagai umat muslim berlomba-lomba dalam bersedekah. Dalam hal ini, sedekah yang diperuntukkan bagi fakir miskin, dhuafa, ataupun orang-orang yang membutuhkan lainnya dapat bertindak untuk membersihkan hati, menolak bencana, serta sebagai naungan di akhirat kelak. Dalam QS. An-Nahl ayat 96, disebutkan bahwa bersedekah dengan niat karena Allah justru akan mengekalkan harta sebab apa yang ada di sisi Allah pasti kekal.
Yuk, kita rutinkan bersedekah sebagai bentuk kepedulian kita! Sedekah dengan mudah disini.
Setiap perbuatan baik pasti akan memberikan feedback yang baik, sebaliknya setiap perbuatan buruk pasti akan memberikan feedback yang buruk pula bagi si pelaku. Rosulullah SAW memerintahkan kita untuk selalu berbuat baik kepada siapapun agar kita masuk kedalam golongan orang-orang yang beruntung.
Menjadi orang-orang yang beruntung tentu saja harus bisa melakukan perbuatan yang senantiasa di ridhoi Allah SWT. Banyak perbuatan baik yang dapat kita lakukan, salah satunya ialah menyantuni anak-anak yatim dan mengasihi para fakir miskin. Hikmah dan manfaat yang akan kita dapatkan dari perbuatan ini sungguh luar biasa. Selain itu, menyantuni anak-anak yatim dan mengasihi fakir miskin merupakan perintah Allah SWT.
“Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang Ibu-Bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, dan teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membanggakan diri” (Q.S. An-Nisa’ : 36).
Jangan pernah sekali-kali mempunyai pikiran apabila kita memberikan sebagian harta kita kepada anak-anak yatim dan fakir miskin dapat membuat kita menjadi miskin, tetapi justru itu akan menambah keberkahan harta yang kita miliki, karena sesungguhnya Allah pasti akan membalas segala perbuatan kita walaupun itu hanya seberat biji dzarrah.
“Siapa saja yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrah pun niscaya ia akan melihat (balasan)nya” (Q.S. Al-Zalzalah : 7 )
Menyantuni anak-anak yatim dan mengasihi fakir miskin juga merupakan wujud dari infaq dan sedekah. Seperti halnya infaq dan sedekah, berbuat baik kepada anak-anak yatim dan fakir miskin tidak harus berupa materi, bisa berupa apa saja sesuai dengan kadar kemampua kita, yang terpenting adalah dari niat kita untuk berbuat baik dan membantu meringankan beban mereka.
“Hendaklah orang yang mampu memberi nafkah menurut kemampuannya. Dan orang yang disempitkan rizqinya hendaklah memberi nafkah dari harta yang diberikan Allah kepadanya. Allah tidak memikulkan beban kepada seseorang melainkan (sekedar) apa yang diberikan kepadanya” (Q.S. At-Tholaq : 7 )
Manfaat dan keberkahan yang akan kita dapatkan apabila kita selalu berbuat baik terutama kepada anak-anak yatim dan fakir miskin itu sangatlah banyak, adapun beberapa manfaat yang akan kita dapatkan yakni, antara lain :
Semua umat manusia pasti menginginkan kebahagiaan. Bagi setiap muslim yang bertaqwa, pastinya akan segera berlomba-lomba untuk bisa mendapatkan kebahagiaan itu. Menyantuni anak-anak yatim dan mengasihi fakir miskin akan mempermudah kita dalam mendapatkan kebahagiaan itu di dunia dan di akhirat. Kebahagiaan yang akan kita dapatkan didunia ialah merasa tenang, tentram dan bahagia karena dapat membuat orang-orang yang kekurangan menjadi tercukupi. Dalam pandangan masyarakat, apabila kita selalu dan senang berbuat baik kepada anak-anak yatim dan fakir miskin, pastinya masyarakat akan senang kepada kita karena itu merupakan perbuatan mulia yang akan membuat hidup kita menjadi tentram dan bahagia dan hubungan kita dengan masyarakatpun juga akan terjalin dengan baik.
Selain kebahagiaan didunia, orang-orang yang menyantuni anak-anak yatim dan fakir miskin akan mendapatkan kebahagiaan di akhirat kelak yakin dapat bersanding dengan Rosulullah SAW, seperti dalam kutipan hadis berikut.
“Aku dan orang-orang yang menyantuni anak-anak yatim disurga nanti kelak seperti dua jari ini” (H.R. abu Daud, Tirmidzi dan Ahmad)
Dalam hadis diatas, diibaratkan Nabi dan orang-orang yang menyantuni anak-anak yatim dan fakir miskin seperti dua jari yang selalu bersama-sama, begitu dekatnya dengan rosulullah SAW.
Selain hadis diatas, ada hadis lain yang menyatakan bahwa orang yang gemar dalam menyantuni anak-anak yatim dan fakir miskin akan masuk kedalam surga.
“Barang siapa yang mengikutsertakan seorang anak yatim diantara dua orangtua yang muslim, dalam makan dan minumnya, sehingga mncukupinya maka ia pasti akan masuk surga” ( H.R. Abu Ya’la dan Thobroni, Shohih At Targhib, Al-Albaniy).
Orang yang berbuat baik kepada anak-anak yatim dan fakir miskin, menandakan bahwa orang tersebut memiliki keimanan dan ketaqwaan yang sangat kuat. Orang-orang yang beriman dan bertaqwa pasti akan selalu berusaha untuk mematuhi perintah Allah SWT untuk selalu berbuat baik, terutama kepada anak-anak yatim dan para fakir miskin. Seperti Firman Allah SWT.
“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnaya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertaqwa, yaitu orang-orang yang menafkahkan sebagian hartanya, baik diwaktu lapang maupun sempit dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan kesalahan orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan” (Q.S. Ali-Imron : 133-134 )
Dari ayat diatas, kita dapat mengetahui bahwa Allah memerintahkan kita untuk menafkahkan sebagian harta kita terutama kepada anak-anak yatim dan para fakir miskin baik dalam keadaan lapang maupun sempit. Maka karena itulah, keimana dan ketaqwaan kita kepada Allah SWT semakin tebal dan bertambah kuat.
Manfaat lain dari menyantuni anak-anak yatim dan mengasihi para fakir miskin adalah dapat menumbuhkan jiwa kedermawanan. Kita sebagai umat islam, diperintahkan untuk mempunyai jiwa dermawan, karena dengan sikap inilah hubungan kita kepada orang lain akan semakin baik, terutama hubungannya antara kita dengan anak-anak yatim dan para fakir miskin. Dengan hal ini, Allah SWT pasti akan memberikan kita pahala dan kenikmatan yang sangat luas.
Allah SWT melarang kita untuk mempunyai sifat kikir terhadap orang-orang yang lemah, apalagi sampai menindas mereka. Sifat kikir dapat membinasakan diri sendiri, sebagaimana sabda Rosululullah SAW.
“Jauhilah sifat kikir, sesungguhnya yang memninasakan umat sebelum kamu adalah sifat kikir: ia (sifat kikir) akan menyuruh mereka bersifat kikir maka mereka kikir, dan menyuruh mereka memutuskan silaturahim maka mereka memutuskan silaturahm, serta mnyuruh mereka berbuat fasik maka mereka berbuat fasik” (H.R. Abu daud)
Sungguh merugi orang-orang yang kikir karena ia pasti akan mendapatkan kesukaran dalam hidupnya.
“Dan adapun orang-orang bakhil (kikir) dan merasa dirinya cukup serta mendustakan pahala yang terbaik maka kelak kami akan menyiapkan baginya (jalan) yang sukar. Dan hartanya tidak bermanfaat baginya apabila ia telah binasa” (Q.S Al-Lail : 8-11)
Menyantuni anak-anak yatim dan mengasihi para fakir miskin merupakan bentuk dari kedermawanan, sehingga orang yang selalu bersikap dermawan itu, rasa syukur dan ikhlas dalam dirinya akan semakin meningkat dan akan semakin percaya bahawa berbuat baik kepada anak-anak yatim dan para fakir miskin dapat memberikan kualitas bagi hidup mereka.
Dengan beramal baik dan bersedekah kepada anak-anak yatim dan fakir miskin harta kita akan semkin bertambah. Seperti firman Allah SWT.
“Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan ganjaran bagi siapa yang dikehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui” (Q.S Al-Baqoroh : 261)
Orang-orang yang memiliki sifat ikhlas, hidupnya selalu akan merasa bahagia dan selalu bersyukur kepada Allah.
Katakanlah : “Sesungguhnya aku diperintahkan untuk menyembah Allah (beribadah) dengan ikhlas/memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam menjalankan agama” (Q.S. Az-Zumar : 11)
Sebagai makhluk Allah yang beriman dan bertaqwa, kita harus memiliki rasa cinta dan kasih sayang. Jika kita berharap Allah mencintai kita, kita harus bisa mencintai sesama terlebih dahulu. Pada dasarnya orang-orang yang berbuat baik kepada sesamanya akan mendapatkan cinta dan kasih sayang dari Allah SWT.
Katakanlah : "jika kamu benar-benar mencinta Allah, ikutilah aku, niscaya Allah akan mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” (Q.S Ali-Imron : 31)
Menyantuni anak-anak yatim dan mengasihi para fakir miskin merupakan wujud dari sedekah, manfaat dari sedekah adalah dapat menjadikan harat kita lebih berkah dan semakin bertambah.
Keberkahan harta seseorang dapat membuat hidupnya menjadi tenang, tentram dan bahagia. Dengan keberkahan tersebut, pemiliknya akan bertambah rajin beribadah kepada Allah SWT, sebaliknya orang yang mempunyai harta tetapi tidak mau bersedekah, maka akan membuat hartanya menjadi tidak berkah dan akan membuat pemiliknya jauh dari Allah dan akan membuat hidupnya resah, gelisah.
Kita tidak perlu khawatir menjadi miskin jika harta kita disedekahkan kepada anak-anak yatim dan para fakir miskin, karena hal itu pasti akan membawa keberkahan bukan malah membawa kemelaratan.
Dari Annas R.a : “Nabi Muhammad SAW bersabda : “Pintu rizqi akan terbuka sampai ‘Arsy. Allah menurunkan kepada Hamban-Nya bagian rizqi mereka sesuai dengan banyaknya shodaqoh mereka. Barangsiapa yang sedikit mengeluarkan shodaqoh, maka Allah akan memberinya sedikit rizqi, dan barang siapa yang banyak mengeluarkan shodaqoh, maka Allah akan memberinya rizqi yang banyak” (H.R. Dailami)
Kelak pada hari kiamat, semua orang akan merasa bibgung, resah, gelisah dan ketakutan terhadap keadaan saat itu, gunung-gunung seperti kapas yang berhamburan, dan masusia berhamburan tak karuan. Pada hari itu, hanya orang-orang tertentu saja yang akan mendapat naungan dari Allah SWT. Dan salah satu orang-orang yang mendapat naungan dari Allah SWT adalah orang-orang yang gemar bersedekah dengan hati yang tulus dan ikhlas. Hal ini sebagaimana sabda Rosulullah SAW.
“Ada tujuh golongan yang kelak akan mendapat naungan dari Allah pada hari tidak ada naungan selain naungan-Nya. Salah satunya adalah seorang pemuda yang bersedekah dengan tangan kanannya hingga tangan kirinya tidak megetahui apa yang disedekahka oleh tangan kanannya” (H.R Mutafakkun ‘Alaih).
Untuk itu hendaklah kita selalu ringan tangan untuk berbuat baik dan bersedekah terutama kepada anak-anak yatim dan para fakir miskin dengan tulus dan ikhlas hanya mengharap rodho Allah semata.
Menyantuni anak-anak yatim dan mengasihi para fakir miskin merupakan wujud dari sedekah, kita mengetahui bahwasanya sedekah merupakan hal yang menyebabkan pahala mengalir terus-menerus, seperti sabda Nabi SAW :
“Dari Abu Hurairah R.a, bahwasanya Rosulullah SAW telah bersabda : “Bila seorang hamba telah meninggal, segala amalnya terputus, kecuali tiga hal : amal jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak sholeh yang mendoakannya” (H.R. Bukhori, dalam Adabul Mufrod)
Hadis diatas menjelaskan bahwasanya penyebab dari pahala yang terus mengalir tanpa putus adalah sedekah jariyah, lmu yang bermanfaat dan anak shoeh yang mendoakannya.
Menyantuni anak-anak yatim dan mengasihi para fakir miskin tidak selalu dengan materi, bisa juga dengan mengajarkan kepada mereka ilmu yang bermanfaat, sehingga akan selalu berkelanjutan mereka mengajarkannya walaupun tidak harus menjadi seorang guru, karena pada dasarnya kita sebagai manusia harus saling berbagi ilmu. Menasehati dan salaing memperingatkan juga merupakan dari mengajarkan ilmu. Kemudian ketika kita berbuat baik terutama kepada anak-anak yatim, maka mereka akan selalu mendoakan kita, seperti halnya anak yang mendoakan orang tuanya.
Jiwa seseorang seringkali menjadi kotor karena perbuatan mereka sendiri. Salah satunya adalah karena sifat berlebihan dalam kecintaannya terhadap dunia yang akhirnya menimbulkan sifat kikir dan enggan menyedekahkan sebagian hartanya.
Sikap berlebihan terhadap dunia tidaklah disukai oleh Allah SWT, bahkan Allah sangat benci kepada orang-orang yang mengumpulkan harta sebanyak-banyaknya, dan tiada keinginan untuk mengamalkan harta yang telah dimilikinya. orang-orang yang berperilaku demikian akan menjadi orang-orang yang celaka.
“Celakalah bagi setiap pengumpat lagi pencela, yang mengumpulkan harta sebanyak-banyaknya” (Q.S. Al-Humazah : 1-2)
Dalam ayat tersebut kita mengetahui bahwa Allah SWT mengancam orang-orang yang terlalu cinta terhadap hartanya. Sebagai umat muslim yang beriman dan bertaqwa, tentunya kita tidak ingin masuk kedalam golongan orang-orang yang celaka. Marilah kita selalu menjaga jiwa kita dari perbuatan-perbuatan yang kotor yang akan membawa kita kedalam jurang kehinaan.
Sifat bakhil/kikir merupakan penyebab kotornya jiwa. Maka dari itu, perlulah kita untuk menyucikannya, salah satunya ialah dengan berbuat baik kepada sesama manusia antara lain dengan cara bersedekah, menyantuni anak-anak yatim dan mengasihi para fakir miskin.
Menyantuni anak-anak yatim dan mengasihi para fakir miskin merupakan akhlaq yang sangat mulia dimata Allah dan juga manusia. Dengan perilaku tersebut, dapat membuat kita menjadi manusia yang lebih baik dan manusia yang lebih bermanfaat bagi manusia lainnya. Karena sebaik-baiknya manusia adalah yang bermanfaat bagi manusia lainnya.
Semoga Allah SWT senantiasa memberikan kita kekuatan untuk selalu taat beribadah kepada-Nya, dan senantiasa selalu dibimbing di jalan yang lurus, jalan yang akan membawa kita kepada kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat kelak. Aamiin.
Lahaula wala quwwata illa billahil’aliyyil’adhim
Firdaus, Muhammad Irfan. 2012. Dahsyatnya Berkah Menyantuni Anak Yatim. Yogyakarta : Pustaka Albana.
Pelajari apa tujuan zakat fitrah, manfaat, ketentuan, dan tata cara pelaksanaannya bagi umat Islam. Pahami makna mendalam di balik ibadah wajib ini.
Pelajari tujuan zakat sebagai ibadah sosial dalam Islam. Temukan makna, manfaat, dan hikmah menunaikan zakat bagi pemberi dan penerima.
Fakir Miskin adalah orang yang sama sekali tidak mempunyai sumber mata pencaharian dan/atau mempunyai sumber mata pencarian tetapi tidak mempunyai kemampuan memenuhi kebutuhan dasar yang layak bagi kehidupan dirinya dan/atau keluarganya.
2. mempunyai sumber mata pencarian tetapi tidak mempunyai kemampuan memenuhi kebutuhan dasar yang layak bagi
kehidupan dirinya dan/ atau keluarganya.